Jumat, 23 Desember 2011


Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimit. Bertemu nasabnya dengan Nabi r pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar t), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
Abu Bakar t adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/188). Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau t berkulit putih, kurus, tipis  kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu  turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam”( Ibid, 1/188, semakna dengan perkataan ini terdapat dalam ath-Thabari, 3/524). Begitulah karakter fisik beliau t.
Adapun akhlaknya, beliau t terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah U dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat,   zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah U, serta lembut dan ramah, semoga Allah U meridhainya. Akan diterangkan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
Abu Bakar t adalah shahabat Rasulullah r yang telah menemani Rasulullah r sejak awal diutusnya beliau sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar t memiliki julukan “Ash-Shiddiq” dan “Atiq”.
 Ada yang berkata bahwa Abu Bakar t dijuluki “ash-Shiddiq” karena ketika terjadi peristiwa isra` mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar t langsung membenarkan.
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar t paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhan-nya dalam berdakwah (lihat al-Bidayah wan Nihayah, 3/26.) Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah رضي الله عنهم.
Di awal keislamannya beliau t menginfakkan di jalan Allah U apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah U, seperti Bilal t. Beliau t selalu mengiringi Rasulullah r selama di Makkah, bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hijrah hingga sampai di kota Madinah. Di samping itu beliau mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah r baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
 Allah U telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah r dengan Abu Bakar t dalam Al-Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)
 `Aisyah z, Abu Sa’id t dan Ibnu Abbas C dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi r dalam gua tersebut.
Allah U juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)
 Al-Imam adz-Dzahabi ? setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar : ”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah, sedangkan yang membenarkannya adalah Abu Bakar t. Masih adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya di tengah-tengah para Shahabat?”
 Dari Amru bin al-Ash t, bahwa Rasulullah r mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau r dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau cintai?” beliau bersabda : ”Aisyah z” aku berkata : “kalau dari lelaki?” beliau r menjawab : “ayahnya (Abu Bakar t)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau r menjawab: “Umar t” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)
 “Sesungguhnya Allah U telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar t sebagai kekasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Dari Abu Sa`id t, bahwa Rasulullah r duduk di mimbar, lalu bersabda : ”Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah U, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya”, lalu Abu bakar t menangis dan menangis, lalu berkata : ”Ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu”. Abu Sa`id t berkata : “Yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah r, dan Abu Bakar t adalah orang yang paling tahu diantara kami”. Rasulullah r bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar t. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan : “selain Rabb-ku”), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar t sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan hanya pintu Abu Bakar t saja (yang masih terbuka).” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Rasulullah r bersabda : “Sesungguhnya Allah U telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu adalah pendusta’. Sedangkan Abu Bakar t membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah r mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu bakar t tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin). (HR. Bukhari)
Masa Kekhalifahan
Dalam riwayat al-Bukhari ? diriwayatkan dari Aisyah z, bahwa ketika Rasulullah r wafat, Abu Bakar t datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau t yang berada di daerah Sunh. Beliau t turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau t tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah z. Abu Bakar t menyingkap wajah Rasulullah r yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar t pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah U tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar t keluar dan Umar t sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar t berkata : “duduklah wahai Umar t!” Namun Umar t enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar t dan meninggalkan Umar t. Abu Bakar t berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad r, maka sesungguhnya Muhammad r telah mati. Kalau kalian menyembah Allah U, maka sesungguhnya Allah U Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah U telah berfirman :
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىَ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas C berkata : “Demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah U telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar t membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”
Sa`id bin Musayyab ? berkata : bahwa Umar t ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar t, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar t membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi r memang sudah meninggal.”
Dalam riwayat al-Bukhari ? lainnya, Umar t berkata : “Maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah”. Mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!”. Maka Abu Bakar t, Umar t dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh t mendekati mereka. Umar mulai t bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar t. Dalam hal ini Umar t berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar t tidak menyampaikannya”. Kemudian Abu Bakar t bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau t berkata : “Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah U kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar t menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar t atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh t.” Maka Umar t menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah r.” Umar t lalu memegang tangan Abu Bakar t dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “Kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar t berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar t menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau t telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : “sekarang Abu Bakar t tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar t sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar t tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka. 
Ketika Abu Bakar t diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar t untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar t menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau t lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. Beliau t memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau t ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar t) : “ini putramu (telah datang)!”
Maka Abu Quhafah t berdiri dari tempatnya. Abu Bakar t bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau t turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “Wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar t memeluk Abu Quhafah t dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah t menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid t, Suhail bin Amru t, Ikrimah bin Abi Jahal t, dan al-Harits bin Hisyam t. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar t: “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar t. Lalu Abu Quhafah t berkata : “Wahai Atiq (julukan Abu Bakar t), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar t berkata : “Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah U. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah U.” Lalu Abu Bakar t berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar t untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut. 
Beberapa Contoh Keteladanan dan Keutamaannya
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq t sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun saya akan berusaha meringkas sesuai dengan yang telah disebutkan al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang termuat dalam Kitab Fadha’il Shahabat.25
1) Beliau Adalah Sahabat Rasulullah r di Gua Dan Ketika Hijrah
Allah U berfirman,

إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا

“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad ) maka sesungguhnya Allah  telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”.” ( At-T aubah: 40).
Aisyah z, Abu Sa’id t dan Ibnu Abbas C dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi r dalam gua tersebut.
Diriwayatkan dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar t pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 Dirham, maka Abu Bakar t berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mengantarkan hewan tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan kepada kami bagaimana kisah perjalananmu bersama Rasulullah r ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
Abu Bakar t berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu zuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi r, kemudian kukatakan padanya, “Istirahatlah wahai Nabi Allah U.” Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang pengembala kambing sedang menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, “Siapa tuannmu wahai budak?” Dia menjawab, “Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab, “Ya!” lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya!” Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, kemudian kuperintahkan agar menghembus telapak tangannya dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tanggannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke dalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi r dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, “Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukankah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya!” Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullullah r, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah, namun beliau r menjawab,

لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا

” Jangan khawatir, sesungguhnya Allah beserta kita.”
Diriwayatkan dari Anas t dari Abu Bakar t beliau berkata, “Kukatakan kepada Nabi r ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja mereka (orang-orang Musyrik) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat’. Rasul r menjawab,

ما ظنك يا أبا بكر باثنين الله ثالثهما

” Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar t dengan dua orang manusia sementara Allah U menjadi yang ketiga.”
2) Abu Bakar t Adalah Sahabat yang Paling Banyak Ilmunya
Abu Sa’id al-Khudri t berkata, “Suatu ketika Rasulullah r berkhutbah di hadapan manusia dan berkata,

إن الله خير عبدا بين الدنيا وبين ما عنده فاختار ذلك العبد ما عند الله

“Sesungguhnya Allah U telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah U.”
Abu Sa’id t berkata, “Maka Abu Bakar t menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah r hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah r sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah r bersabda,

إن من أمن الناس علي في صحبته وماله ‏ ‏أبا بكر ‏ ‏ولو كنت متخذا خليلا غير ربي لاتخذت ‏ ‏أبا بكر ‏ ‏ولكن أخوة الإسلام ومودته لا يبقين في المسجد باب إلا سد إلا باب ‏ ‏أبي بكر

“Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar t. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar t, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar t saja.”
Diriwayatkan dari ‘Aisyah z istri Rasulullah r ia berkata, “Ketika Rasulullah r wafat Abu Bakar t sedang berada di suatu tempat yang bernama Sunuh- Ismail berkata, “Yaitu sebuah kampung, maka Umar t berdiri dan berpidato, “Demi Allah sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak meninggal. ‘Aisyah z melanjutkan, Kemudian Umar t berkata, “Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akan membangkitkannya dan akan dipotong kaki dan tangan mereka (yang mengatakan beliau telah mati, pent.). Kemudian datanglah Abu Bakar t menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah r serta menciumnya sambil berkata, Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah U yang diriku berada di tanganNya mustahil Allah U akan menimpakan padamu dua kali kematian selama-lamanya.”
Kemudian Abu Bakar t keluar dan berkata, “Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar t) tahanlah bicaramu!” Ketika Abu Bakar t mulai berbicara maka Umar t duduk, setelah memuji Allah U beliau berkata, “Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad r maka beliau sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah U maka sesungguhnya Allah U akan tetap hidup tidak pernah mati. Kemudian beliau membacakan ayat,

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ

” Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (Az-Zumar: 30).
Dan ayat,

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىَ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telahberlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” ( Ali-Imran: 144).
Ismail berkata, “Maka manusia mulai menangis terisak-isak, kemudian kaum Anshar segera berkumpul bersama Sa’ad bin Ubadah t di Saqifah Bani Sa’idah dan mereka berpendapat, “Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga seorang amir.” Maka segera Abu Bakar t, Umar bin al-Khaththab t, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah t berangkat mendatangi majlis mereka, Umar t berbicara tetapi Abu Bakar t menyuruhnya untuk diam, Umar t berkata, “Demi Allah sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu Bakar t.”
Kemudian Abu Bakar t bepidato dan perkataannya sungguh mengena, beliau berkata, “Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir.” Maka Hubab bin Munzir berkata, “Tidak Demi Allah kami tidak akan terima, tetapi dari kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula.” Abu Bakar t menjawab, “Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir, karena sesungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedudukannya di bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar t ataupun Abu Ubaidah t.” Maka spontan Umar t menjawab, “Tetapi engkaulah yang lebih pantas kami bai’at engkaulah pemimpin kami, orang yang paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah r daripada kami.” Maka Umar t segera meraih tangan Abu Bakar t dan membai’atnya akhirnya orang-orangpun turut membaiatnya pula.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah z ia berkata, “Pandangan Nabi r menengadah ke atas dan berkata, “Tetapi Yang kupilih adalah Ar-Rafiqul A’la (kekasih Allah Yang Mahatinggi) 3X. ‘Aisyah z melanjutkan, “Tidaklah perkataan mereka berdua (Abu Bakar dan Umar C) kecuali Allah U jadikan bermanfaat untuk manusia, profile Umar t yang tegas berhasil membuat orang munafik yang menyusup di antara kaum muslimin sangat takut padanya, dengan kepribadiannya Allah U menolak kemunafikan. Adapun Abu Bakar t, beliau berhasil menggiring manusia hingga mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan mengetahui kewajiban mereka, Abu Bakar t berhasil mengeluarkan umat dari bencana perpecahan setelah meninggalnya Rasulullah r setelah membacakan ayat,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” ( Ali Imran :144).
3) Abu Bakar t Adalah Sahabat Yang Paling Utama
Diriwayatkan dari Ibnu Umar C dia berkata, “Kami selalu membanding-bandingkan para sahabat di masa Rasulullah r maka kami sepakat memilih Abu bakar t yang paling utama, kemudian Umar t, selanjutnya Utsman bin Affan t.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah dia berkata, “Kutanyakan pada ayahku siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah r?” Maka beliau r menjawab, “Abu Bakar t!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau r menjawab, “Umar t.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman t sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti anda. Namun beliau menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin”.
4) Kedudukan Abu Bakar t di Sisi Rasulullah r
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas C dari Rasulullah r , beliau r bersabda,

لو كنت متخذا من أمتي خليلا لاتخذت أبا بكر ولكن أخي وصاحبي

“Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah U pasti aku akan memilih Abu Bakar t sebagai khalil namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, “Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair t perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, “Ikutilah pendapat Abu Bakar t. Bukankah Rasulullah r pernah menyebutkan perihal dirinya, “Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah U pasti aku akan memilihnya.” Abu Bakar t mengatakan, “Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada).”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas C dari Nabi r,

سدوا الأبواب إلا باب ‏ ‏أبي بكر ‏

“Tutuplah seluruh pintu-pintu kecuali pintu Abu Bakar t.”
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata, “Pernah seorang wanita mendatangi Nabi r , kemudian beliau menyuruhnya kembali datang menghadapnya, maka wanita itu bertanya, “Bagaimana jika kelak aku datang namun tidak lagi menjumpaimu -seolah-olah ia meng-isyaratkan setelah rasul wafat- maka Rasulullah r berkata,

إِنْ لَمْ تَجِدِيْنِيْ فَأْتِي أَبَا بَكْرٍ

” Jika engkau tidak menjumpaiku maka datangilah Abu Bakar t.”
Diriwayatkan dari Abu Darda’ t, “Aku sedang duduk bersama Nabi r tiba-tiba muncullah Abu Baka t  sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya, maka Nab r berkata, “Sesungguhnya teman kalian ini sedang kesal maka berilah salam atasnya.” Maka Abu Bakar t berkata, “Wahai Rasulullah r, antara aku dan Ibnu al-Khaththab terjadi perselisihan, maka aku segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun dia enggan menerima permohonanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang” Rasulullah r menjawab, “Semoga Allah U mengampunimu wahai Abu Bakar t.” Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar t menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar t sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar t?” Namun keluarganya menjawab, tidak, Umar t segera mendatangi Rasulullah r sementara wajah Rasulullah r terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar t merasa kasihan terhadap Umar t dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah r Demi Allah U sebenarnya akulah yang bersalah -dua kali-,” Maka Rasulullah r berkata,

إن الله بعثني إليكم فقلتم كذبت وقال أبو بكر صدق وواساني بنفسه وماله فهل أنتم تاركوا لي صاحبي؟

” Sesungguhnya aku telah diutus Allah U kepada kalian namun kalian mengatakan, ” Engkau pendusta!” Sementara Abu Bakar t berkata, ” Engkau benar!” Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku?”
Setelah itu Abu Bakar t tidak pernah lagi di sakiti.”
5) Abu Bakar t Paling Dulu Masuk Islam dan Selalu Mendampingi Rasulullah t
Diriwayatkan dari Wabirah bin Abdurrahman dari Hammam dia berkata, Aku mendengar Ammar t berkata, “Aku melihat Rasulullah r pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar t.”
6) Orang yang Paling Dicintal Rasulullah r
Diriwayatkan dari Abu Utsman dia berkata, “Telah berkata kepadaku Amru bin al-Ash t bahwa Rasulullah r pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salaasil, kemudian aku mendatanginya dan bertanya, “Siapakah orang yang paling kau cintai? Maka Rasulullah r menjawab, “‘Aisyah z!” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasul r menjawab, “Bapaknya.” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelah itu?” Dia menjawab, “Umar t!” Kemudian Rasulullah r menyebutkan beberapa orang lelaki”.
7) Iman dan Keyakinannya yang Kuat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah t dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah r berkata,

بينما راع في غنمه عدا عليه الذئب فأخذ منها شاة فطلبه الراعي فالتفت إليه الذئب فقال من لها يوم السبع يوم ليس لها راع غيري وبينما رجل يسوق بقرة قد حمل عليها فالتفتت إليه فكلمته فقالت إني لم أخلق لهذا ولكني خلقت للحرث قال الناس سبحان الله قال النبي صلى الله عليه وسلم فإني أومن بذلك وأبو بكر وعمر بن الخطاب

” Ketika seorang pengembala sedang menggembala kambingnya, tiba-tiba datang seekor serigala memangsa seekor kambingnya, maka spontan pengembala tersebut mengejarnya, tiba-tiba serigala itu berpaling menoleh kepadanya dan berkata,   “Siapa yang dapat menjaganya pada waktu dia akan dimangsa, yaitu hari tatkala tidak ada pengembala selain diriku?” Dan ketika seorang sedang menggiring sapinya yang membawa beban, maka seketika sapi itu menoleh padanya dan berkata, “Sesungguhnya aku tidak diciptakan untuk tugas ini, tetapi aku diciptakan Allah U untuk membajak.” Orang-orang berkata, Subhanallah!’ Maka Nabi r bersabda, “ Sesungguhnya aku beriman kepada berita itu sebagaimana Abu Bakar t dan Umar t mengimaninya pula”.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar C dia berkata, “Rasulullah r  bersabda:

من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة

” Barangsiapa menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena kesombongan maka Allah U tidak akan melihatnya pada hari kiamat.”

Maka Abu bakar t berkata, “Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah, kecuali jika aku selalu mengetatkannya, maka Rasulullah r bersabda,

إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَعُ ذَلِكَ خُيَلَاءَ

” Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan.”
8) Kemauannya yang Tinggi
Diriwayatkan dari Abu Hurairah t berkata, “Aku mendengar Rasulullah r bersabda,

من أنفق زوجين من شيء من الأشياء في سبيل الله دعي من أبواب ‏ ‏يعني الجنة يا عبد الله هذا خير فمن كان من أهل الصلاة دعي من باب الصلاة ومن كان من أهل الجهاد دعي من باب الجهاد ومن كان من أهل الصدقة دعي من باب الصدقة ومن كان من أهل الصيام دعي من باب الصيام وباب الريان فقال ‏ ‏أبو بكر ‏ ‏ما على هذا الذي يدعى من تلك الأبواب من ضرورة وقال هل يدعى منها كلها أحد يا رسول الله قال نعم وأرجو أن تكون منهم يا ‏ ‏أبا بكر

“Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah U niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, “Wahai Hamba Allah U inilah kebaikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar t berkata, ‘Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah r?’ Rasulullah r menjawab, ‘Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar t termasuk salah seorang dari mereka”
9) Keberkahan Abu Bakar ash-Shiddiq t dan Keluarganya
Diriwayatkan dari ‘Aisyah z dia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah r dalam sebuah perjalanan, ketika kami sampai di suatu tempat yang bernama al-Baida -atau di Dzatul Jaisy- terputuslah kalung yang kupakai, maka Rasulullah r menyuruh rombongan berhenti untuk mencarinya dan orang-orang pun berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak mendapati air dan tidak mempunyai air, maka orang-orang mendatangi Abu Bakar t dan berkata, ‘Tidakkah engkau melihat apa yang telah diperbuat oleh ‘Aisyah z? Dia telah membuat Rasulullah r berhenti dan manusia pun berhenti bersamanya, sementara mereka tidak mendapatkan air dan tidak memilikinya. Maka datanglah Abu Bakar t ketika Rasulullah r berbaring meletakkan kepala-nya di atas pahaku sedang tertidur, Abu Bakar t mendatangiku dan berkata, ‘Engkau telah menahan Rasulullah r dan manusia sementara mereka tidak memiliki air dan tidak pula mendapatkannya’.” ‘Aisyah z berkata, “Maka ayahku mencelaku habis-habisan sambil menusuk-nusuk pinggangku dengan tangannya, tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali takut Rasulullah r terganggu tidurnya, sementara Rasululullah r masih tetap tidur hingga pagi datang dan mereka tidak memiliki air, maka Allah U turunkan waktu itu ayat mengenai tayammum,

فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدًا طَيِّبًا

“ Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).”( An-Nisa’: 43).
Usa’id bin Hudhair t berkata, “Bukanlah ini awal dari keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar t.” Maka ‘Aisyah z berkata, “Kemudian kami membangkitkan kendaraan tungganganku dan ternyata kalung tersebut berada di bawahnya.”
10) Berita Gembira Untuknya Sebagai Penghuni Surga
Diriwayatkan dari Sa’id bin Musayyab dia berkata, “Telah berkata kepadaku Abu Musa al-Asy’ari t bahwa suatu hari dia berwudhu’ di rumahnya kemudian berangkat keluar dan berkata, “Aku harus mengiringi Rasulullah r hari ini.” Beliau berangkat ke masjid dan bertanya di mana Nabi r, maka dijawab bahwa beliau keluar untuk suatu hajat, maka aku segera pergi berusaha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke kebun yang di dalamnya terdapat sebuah sumur bernama Aris, maka aku duduk di pintu -dan ketika itu pintunya terbuat dari pelepah kurma hingga beliau menyelesaikan buang hajat dan setelah itu berwudhu, maka akupun berdiri berjalan he arahnya ternyata beliau sedang duduk-duduk di atas  sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kakinya ke dalam sumur, maka aku datang memberi salam kepadanya, kemudian kembali ke pintu sambil berkata dalam hatiku, “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah r. Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar t ingin membuka pintu, maka kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar t!” Maka kukatakan padanya, “Tunggu sebentar!” Aku segera datang kepada Rasulullah r dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah r, ada Abu Bakar t datang dan minta izin masuk!” Rasulullah r berkata, “Suruhlah dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.” Maka aku berangkat menujunya dan berkata, “Masuklah sesungguhnya Rasulullah r memberitakan padamu kabar gembira bahwa engkau adalah penghuni surga. Abu Bakar t masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah r sambil menjulurkan kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah r dan dia menyingkap kedua betisnya……hingga akhir kisah.”
Diriwayatkan dari Qatadah dari Anas bin Malik t dia pernah bercerita bahwa Nabir  pernah menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar t, Umar dan Utsman t, maka tiba-tiba gunung Uhud bergoncang dan Rasulullah r langsung berkata,

اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ

“Diamlah wahai Uhud sesungguhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq dan dua syahid.”
11) Sepak Terjangnya dalam Membela Rasulullah r
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru C tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan Rasulullah r, maka dia berkata, “Aku pernah melihat Uqbah bin Abi Mu’ith mendatangi Nabi r yang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar t membelanya dan melepaskan ikatan tersebut sambil berkata,

أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَن يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءكُم بِالْبَيِّنَاتِ مِن رَّبِّكُمْ

” Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, ‘Rabbku ialah Allah’ padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu.” (Ghafir: 28).

 Istri-istri dan Anak-anaknya 
Abu Bakar t pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau t juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al-Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau t juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu bakar t pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau t datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau t masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh [Nama tempat yang berada di Awal al-Madinah, di situlah perkampungan Bani al-Harits bin al-Khazraj] (Mu’jam al-Buldan 3/265) hingga Rasulullah r wafat dan beliau t kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasululla r. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah r.
Jasa-Jasa Abu Bakar t
Abu Bakar ash-Shiddiq t adalah sahabat yang pertama kali masuk Islam, dan selalu menyertai Rasulullah r sepanjang hidupnya baik di Makkah maupun di Madinah. Tidak hanya itu, beliau t adalah sahabat Rasulullah r sekaligus teman bermusyawarah dan wazirnya. Di tangannya para senior sahabat masuk memeluk Islam seperti Utsman bin Affan, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah رضي الله عنهم (Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyyah1/317)
Setia mendampingi Rasulullah r dalam menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, siap membela beliau dengan sepenuh jiwa, bahkan beliau pula yang telah membebaskan banyak budak-budak yang disiksa karena masuk Islam seperti Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy. Zinnirah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, serta budak wanita milik Bani Muammal (Ibid 1/393)
Beliaulah yang menemani Nabi r dikala hijrah, dan turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah r, seperti Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, Penaklukan kota Makkah, Hunain, Tabuk dan pertempuran besar lainnya.
Setelah menjabat sebagai khalifah maka beliaulah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh negeri Islam dan wilayah kekhalifahan-nya sepeninggal Rasulullah r, maka tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilang di antaranya,
1- Instruksinya agar jenazah Rasulullah r diurus hingga dikebumikan.
2- Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah t yang sebelumnya telah dipersiapkan Rasulullah r sebelum wafat, sebagaimana kelak akan diterangkan secara rinci.
3- Kebijakannya menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapan ke arah itu, kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.
4- Ibnu Katsir ? berkata, “Pada tahun 12 H Abu Bakar ash-Shiddiq t memerintahkan Zaid bin Tsabit t agar mengkumpulkan al-Qur’an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari’ penghafal al-Qur’an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih al-Bukhari (Al-Bidayah wan Nihayah, 6/353). Imam al-Bukhari ? berkata, Bab Pengumpulan al-Qur’an kemudian dia mulai menyebutkan sanadnya hingga sampai kepada Ibnu Syihab dari Ubaid bin as-Sabbaq, bahwa Zaid bin Tsabit t pernah berkata, “Abu Bakar ash-Shiddiq t mengirim kepadaku surat tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah, ketika aku mendatanginya, kudapati Umar bin al-Khaththab t berada di sampingnya, maka Abu Bakar t berkata, “Umar t mendatangiku dan berkata, “Sesungguhnya banyak para Qurra’ penghafal al-Qur’an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari’ yang masih  hidup kelak terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat al-Qur’an, menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan al-Qur’an.”
Aku bertanya kepada Umar t, “Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah r?” Umar menjawab, “Demi Allah, ini adalah kebaikan!” Dan Umar t terus menuntutku hingga Allah U melapangkan dadaku untuk segera melaksanakannya, akhirnya akupun setuju dengan pendapat Umar t.
Zaid bin Tsabit t berkata, “Kemudian Abu Bakar t berkata padaku, “Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal dan penuh amanah, dan engkau telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah r, maka carilah seluruh ayat al-Qur’an yang berserakan dan kumpulkanlah.” Berkata Zaid t, Demi Allah jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan instruksi Abu Bakar t agar aku mengumpulkan al-Qur’an.”
Aku bertanya, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah r? Dia berkata, “Demi Allah ini adalah suatu kebaikan!” Dan Abu Bakar t terus berusaha meyakinkan aku hingga akhirnya Allah U melapangkan dadaku untuk menerimanya sebagaimana Allah U melapangkan dada mereka berdua C.
Maka aku mulai mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an yang ditulis di daun-daunan, kulit maupun dari hafalan para penghafal al-Qur’an, hingga akhirnya aku menemukan akhir surat at-Taubah yang ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari t, yang tidak kudapatkan dari selainnya, yaitu ayat;

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ

” Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu.” (At-Taubah: 128).
Hingga akhir surat al-Bara’ah. Kemudian al-Qur’an yang telah dikumpulkan dan dibukukan itu disimpan oleh Abu Bakar t hingga Allah U mewafatkannya. Setelah itu berpindah ke tangan Umar t sewaktu hidup-nya, dan akhirnya berpindah ke tangan Hafshah binti Umar C.
Imam al-Bukhari ? berkata, Ibnu Syihab berkata, Telah berkata kepadaku Kharijah bin Zaid bin Tsabit t, bahwasanya dia mendengar Zaid t berkata, “Aku tidak mendapatkan satu ayat dari surat al-Ahzab ketika kami menulis al-Qur’an ke dalam satu mushaf, sementara aku pernah mendengarkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم membacanya, akhirnya ayat tersebut kami cari dan ternyata ayat tersebut ada pada Khuzaimah bin Tsabit al-Anshari,

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ

” Di antara orang-orang mu’ min itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah.” (Al-Ahzab: 23).
Maka segera kami sisipkan ke tempatnya di dalam mushaf.
5- Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah U kepada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan kaum muslimin baik kepada penduduk Persia maupun penduduk Syam, dalam rangka merealisasikan firman Allah U,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ قَاتِلُواْ الَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ الْكُفَّارِ وَلِيَجِدُواْ فِيكُمْ غِلْظَةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

” Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah: 123).

Qadhi, Sekretaris dan Pemungut Zakat di Masa Kekhalifahan Abu Bakar t

Sebelum Abu Bakar t diangkat sebagai khalifah, profesi beliau t dalam mencari nafkah adalah seorang pedagang, setelah dilantik sebagai khalifah maka sebagaimana biasanya beliau berangkat ke pasar untuk berdagang, dijalan beliau bertemu dengan umar bin al-Khaththab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah t, keduanya menghampirinya dan berkata, “Profesimu sebagai pedagang kini sudah tidak sesuai lagi sejak engkau mengemban amanat yang amat besar ini.” Abu Bakar ash-Shiddiq t menjawab, “Jika tidak dengan berdagang seperti ini bagaimana aku dapat menghidupi anak istriku?” Keduanya menjawab, “Mari ikut kami agar kami siapkan untukmu gaji.”
Maka sejak itu Abu Bakar t diberi upah setengah kambing dan dijamin baginya pakaian beserta sandang pangan, Umar t berkata, Biarlah aku yang mengurusi masalah qadha (peradilan), selanjutnya Abu Ubaidah t berkata, “Serahkan kepadaku urusan pajak.” Umar t berkata, “Sejak aku menjabat sebagi Qadhi di peradilan, selama sebulan penuh aku duduk menganggur tidak satupun terjadi persengketaan antara dua orang.”30
Dan yang menjadi sekretaris dan juru tulisnya adalah Zaid bin Tsabit t, Utsman bin Affan t atau siapa yang hadir ketika itu di sisinya.
Adapun gubernur untuk wilayah Makkah adalah Itab bin Sa’id t, untuk wilayah Tha’if adalah Utsman bin Abi al-Ash t, untuk wilayah adalah Shan’a Muhajir bin Abi Umayyah t, untuk wilayah Hadramaut adalah Ziyad bin Lubaid t, untuk wilayah Khaulan adalah Ya’la bin Umayyah t, untuk wilayah Zubeid dan Rima’ adalah Abu Musa al-Asy’ari t, untuk wilayah al-Janad adalah Mu’adz bin Jabal t, untuk wilayah Bahrain adalah al-Ala’ bin al-Hadrami t.
Beliau t juga mengutus Jabir bin Abdillah al-Bajalli t ke Najran, Abdullah bin Tsaur t -salah seorang dari Bani al-Ghauts- diutus ke daerah Jurasy ,  kemudian beliau t mengutus Iyadh bin Ghanm al-Fahri t ke Daumatul Jandal, wilayah Syam diserahkan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah t, Syarahbil bin Hasanah t, Yazid bin Abu Sufyan t, Amru bin al-Ash t, seluruhnya adalah pemimipin pasukan di bawah satu komandan yaitu Khalid bin Walid t (Linat Tarikh ath-Thabar/ 3/426 dan setelahnya).
Ketika itu Abu Bakr t belum mendirikan baitul mal secara independen, melainkan hanyalah mengambil sebuah kamar kecil di rumahnya yang berada di sanuh, ketika salah seorang sahabat berkata padanya, “Tidakkah engkau memerlukan penjaga Baitul mal tersebut?” Dia menjawab, “Tidak, sebab kamar tersebut memiliki gembok yang terkunci. Namun ketika beliau pindah ke rumahnya yang di samping masjid Nabawi maka beliau harus memindahkan baitul mal tersebut ke sana. Ketika Abu Bakar t wafat, maka  Umar t membuat para penjaga baitul mal secara khusus, ketika baitul mal dibuka tenyata mereka tidak menemukan apapun (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/ 203).
Wafatnya
Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar t meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau t ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau t berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais z, istri beliau t. Kemudian beliau t dimakamkan di samping makam Rasulullah r. Umar t mensholati jenazahnya diantara makam Nabi r dan mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar t), Umar t, Utsman t, dan Thalhah bin Ubaidillah t.
 Sumber :
- Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir.
- Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi. Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah -Al-Kabaa`ir karya Adz-Dzahabi.



0 komentar:

Posting Komentar